A. Fotografi
Fotografi ( Photography ) berasal dari kata Photo (Cahaya) dan Grafo ( menulis / menggambar ), sehingga dapat diartikan bahwa fotografi adalah suatu teknik menggambar dengan cahaya.
Atas dasar tersebut, jelas bahwa cahaya sangat berperan penting dan
menjadi sumber utama dalam memperoleh gambar (tanpa cahaya tidak akan
ada hasil foto).
B. Kamera SLR
B. Kamera SLR
Kamera SLR ( Single Lens Reflex ) atau Kamera D-SLR ( Digital )
merupakan kamera dengan jendela bidik (Viewfinder) yang memberikan
gambar sesuai dengan sudut pandang lensa melalui pantulan cermin yang
terletak di belakang lensa. Pada umumnya kamera biasa memiliki
tampilan dari jendela bidik yang berbeda dengan sudut
pandang lensa karena jendela bidik tidak berada segaris dengan sudut
pandang lensa .
Fotografi berkaitan erat dengan cahaya (jadi untuk menghasilkan sebuah foto diperlukan adanya cahaya, tanpa ada cahaya maka tidak akan ada foto), maka kamera berfungsi untuk mengatur cahaya yang ditangkap image sensor ( sensor gambar pada kamera digital atau film pada kamera konvensional ). Untuk mengatur cahaya, terdapat 2 hal mendasar dalam kamera, yakni Shutter Speed (Kecepatan Rana) dan Aperture (Diafragma).
Panjang lensa mempengaruhi:
a. JARAK pemotretan
b. SUDUT pandang
c. PEMBESARAN
d. FASILITAS BUKAAN DIAFRAGMA
Lensa Khusus:
a. Lensa Makro (biasa disebut Macro Lens)
b. Penambahan panjang lensa (biasa disebut Tele Converter atau Extender)
c. Lensa pengoreksian perspektif pada subjek
d. Lensa Lunak (biasa disebut Soft Focus Lens)
Jadi, korelasi antara shutter speed dan aperture adalah bahwa semakin besar bukaan lensa maka shutter speed akan semakin cepat, sebaliknya semakin kecil bukaan lensa maka shutter speed akan semakin melambat.
Fotografi berkaitan erat dengan cahaya (jadi untuk menghasilkan sebuah foto diperlukan adanya cahaya, tanpa ada cahaya maka tidak akan ada foto), maka kamera berfungsi untuk mengatur cahaya yang ditangkap image sensor ( sensor gambar pada kamera digital atau film pada kamera konvensional ). Untuk mengatur cahaya, terdapat 2 hal mendasar dalam kamera, yakni Shutter Speed (Kecepatan Rana) dan Aperture (Diafragma).
C. Lensa
Dalam fotografi, lensa
berfungsi untuk memokuskan cahaya hingga mampu membakar medium
penangkap (film). Di bagian luar lensa biasanya terdapat tiga cincin,
yaitu cincin panjang fokus (untuk lensa jenis variabel), cincin
diafragma, dan cincin fokus.
PANJANG LENSA
Panjang lensa biasa disebut Focal LengthPanjang lensa mempengaruhi:
a. JARAK pemotretan
b. SUDUT pandang
c. PEMBESARAN
d. FASILITAS BUKAAN DIAFRAGMA
Lensa Khusus:
a. Lensa Makro (biasa disebut Macro Lens)
b. Penambahan panjang lensa (biasa disebut Tele Converter atau Extender)
c. Lensa pengoreksian perspektif pada subjek
d. Lensa Lunak (biasa disebut Soft Focus Lens)
Macam-macam lensa
- Lensa Standar. Lensa ini disebut juga lensa normal. Berukuran 50 mm dan memberikan karakter bidikan natural.
- Lensa Sudut-Lebar (Wide Angle Lens). Lensa jenis ini dapat digunakan untuk menangkap subjek yang luas dalam ruang sempit. Karakter lensa ini adalah membuat subjek lebih kecil daripada ukuran sebenarnya. Dengan menggunakan lensa jenis ini, di dalam ruangan kita dapat memotret lebih banyak orang yang berjejer jika dibandingkan dengan lensa standar. Semakin pendek jarak fokusnya, maka semakin lebar pandangannya. Ukuran lensa ini beragan mulai dari 17 mm, 24 mm, 28 mm, dan 35 mm.
- Lensa Fish Eye. Lensa fish eye adalah lensa wide angle dengan diameter 14 mm, 15 mm, dan 16 mm. Lensa ini memberikan pandangan 180 derajat. Gambar yang dihasilkan melengkung.
- Lensa Tele. Lensa tele merupakan kebalikan lensa wide angle. Fungsi lensa ini adalah untuk mendekatkan subjek, namun mempersempit sudut pandang. Yang termasuk lensa tele adalah lensa berukuran 70 mm ke atas. Karena sudut pandangannya sempit, lensa tele akan mengaburkan lapangan sekitarnya. Namun hal ini tidak menjadi masalah karena lensa tele memang digunakan untuk mendekatkan pandangan dan memfokuskan pada subjek tertentu.
- Lensa Zoom. Merupakan gabungan antara lensa tandar, lensa wide angle, dan lesa tele. Ukuran lensa idak fixed, misalnya 80-200 mm. Lensa ini cukup fleksibel dan memiliki range lensa ang cukup lebar. Oleh karena itu lensa zoom banyak digunakan, sebab pemakai tinggal memutar ukuran lensa sesuai dengan yang dibutuhkan.
- Lensa Makro. Lensa makro biasa digunakan untuk memotret benda yang kecil.
D. Fokus
Fokus adalah bagian yang mengatur jarak ketajaman lensa sehingga gambar yang dihasilkan tidak berbayang..F. Shutter Speed
Shutter speed atau kecepatan rana merupakan kecepatan terbukanya jendela kamera sehingga cahaya dapat masuk ke dalam image sensor. Satuan daripada shutter speed adalah detik, dan sangat tergantung dengan keadaan cahaya saat pemotretan. Semisal cahaya terang pada siang hari, maka shutter speed harus disesuaikan menjadi lebih cepat, semisal 1/500 detik. Sedangkan untuk malam hari yang cahayanya lebih sedikit, maka shutter speed harus disesuaikan menjadi lebih lama, semisal 1/5 detik. Hal ini sekaligus menjelaskan mengapa foto pada malam hari cenderung buram, bahwa shutter speed yang lebih lambat memungkinkan pergerakan kamera akibat getaran tangan menjadikan cahaya bergeser sehingga foto menjadi buram / blur.
Foto dengan shutter speed lambat
Foto dengan shutter speed cepat
G. Aperture
Aperture atau diafragma merupakan istilah untuk bukaan lensa. Apabila diibaratkan sebagai jendela, maka diafragma adalah kiray / gordyn yang dapat dibuka atau ditutup untuk menyesuaikan banyaknya cahaya yang masuk. Pada kamera aperture dilambangkan dengan huruf F kecil dan dengan satuan sebagai berikut:
f/1.2
f/1.4
f/1.8
f/2.0
f/2.8
f/3.5
f/4.0
dst...
Semakin kecil angka satuan maka akan semakin besar bukaan lensa (f/1.4 lebih besar bukaannya dibandingkan dengan f/4.0, f/2,8 lebih besar bukaannya dibandingkan dengan f/16).
f/1.4
f/1.8
f/2.0
f/2.8
f/3.5
f/4.0
dst...
Semakin kecil angka satuan maka akan semakin besar bukaan lensa (f/1.4 lebih besar bukaannya dibandingkan dengan f/4.0, f/2,8 lebih besar bukaannya dibandingkan dengan f/16).
Jadi, korelasi antara shutter speed dan aperture adalah bahwa semakin besar bukaan lensa maka shutter speed akan semakin cepat, sebaliknya semakin kecil bukaan lensa maka shutter speed akan semakin melambat.
Keterangan:
perhatikan perbedaan rentang ruang tajam pada ketiga foto diatas. Pada
bukaan diafragma besar ruang tajamnya lebih sempit dan demikian
seterusnya.
Tips :
Gunakan bukaan besar (angka f kecil) untuk mengisolasi background yang mengganggu. Gunakan bukaan kecil (angka f besar) untuk pemotretan lanskap (pemandangan).
Beberapa istilah dlm fotografi yang amat perlu difahami:
- APS: Advanced Photo System
- DIL : Drop in Loading
- CID : Cartridge Identification number
- FID : Film strip Identification number
- USC : Uniform Sigma Crystal/kristal sigma seragam
- Kristal sigma : Butir-butir perak halida
- AFS : Auto Focus Silent Wave Motor
- AFD : Auto Focus Distance Information
- DIR : Development Inhibitor Releaser
- SPD : Silicon Photo Diode
- LCD : Liquid Crystal Display
- LED : Light Emitting Diode, lampu
- ISO/ASA : Derajat sensitivitas film
- ISO : International Standart Organization
- ASA : American Standart Association
- DIN : Deutsche Industry Norm
- NiMH : Nikel Metal Hydride
- NiCd : Nikel Cadmium
- DRAM : Data Random Acces Memory
- RISC : Reduce Intruction Set Computer
- CCD : Charge Couple Device (pada kamera digital)
- CPL : Circular Polarizing
- USM : Ultrasonic motor
- ESP : Elektro-Selective Pattern (Sistem pengkuran cahaya otomatik, di saat kondisi kesenjangan kecerahannya sangat besar
- SLR : single Lens Reflek, kamera lensa tunggal yang menggunakan cermin dan prisma
- TLR : Twin lens Refleks, kamera yang menggunakan dua lensa , satu untuk melihat, lainnya utnuk meneruskan cahaya ke film
- Lens Mount : Dudukan lensa
- MF : Manual Fokus
- AF : Auto Fokus
- Fps : Frame per second:, satuan kecepatan pengambilan gambar dalam gambar perdetik
- DOF : Depth of Field; ruang tajam, merupakan jarak, dimana gambar masih terlihat tajam/focus, bergantung pada: diafragma, panjang lensa dan jarak objek
- GN : Guide number; kekuatan cahaya blitz merupakan perkalian antara jarak (dalam meter atau feet) dan diafragma
- AR Range : Tingkat terang cahaya dimana system aotufocus masih dapat bekerja, dalam satuan EV
- EV : Exposure Value; kekuatan cahaya. Sample, EV=0 kekuatan cahaya pada difragma f/1,0 kecepatan 1 detik
- Exposure mode : Modus pencahayaan, pada umumnya ada 4 tipe: manual, Aperture priority, Shutter priority dan Programed (auto)
- Aperture : Diafragma
- Lens Hood : Tudung lensa
- Aperture priority : Prioritas pengaturan pada diafragma, kecepatan rana otomatis
- Shutter : Rana
- Shutter Priority : Prioritas pengaturan pada kecepatan rana, diafragma otomatis
- Exposure compensation :Kompensasi pencahayaan, membuat alternatif pencahayaan dari normal menjadi lebih atau kurang
- Flash Exposure Compensation : Kompensasi pencahayaan blitzt
- Metering: Pola pengaturan cahaya, biasanya terbagi dalam 3 kategori, centerweighted, evaluative/matrix, dan spot
- Center weighted Metering : Pengukuran pencahayaan pada 60% daerah tengah gambar
- Evaluative/Matrix : Pengukuran pencahayaan berdasarkan segmen-segmen dan presentase tertentu
- Spot : Pengukuran pencahayaan hanya pada titik tertentu
- View finder : Jendela bidik
- Built in Dioptri: Dilengkapi dengan pengatur dioptri (lensa+ atau – bagi mereka yang berkacamata)
- Eye piece Blind : Tirai penutup jendela bidik
- Interchangeable Focusing Screen : Fasilitas untuk dapat mengganti focusing screen
- Focusing screen : Layar focus
- Bracheting : Pengambilan gambar yang sama menggunakan pengukuran pencahayaan yang berbeda
- Flash Sync : Sinkron kilat, kecepatan maksimum agar body dan flash masih bekerja harmonis
- TTL: Through The Lens, Sistem pengukuran pencahayaan melalui lensa
- Remote Flash : Melepaskan lampu kilat dari badan kameranya dan meletakkannya si duatu tempat untuk mendapatkan efek foto yang diinginkan
- Bounce : Cahaya lampu kilat yang di pantulkan ke langit-langit atau bidang lain sehingga cahaya menerangi objek secara merata
- Slave unit : (Lampu kilat + mata listrik/elctric eye); adalah alat abntu yang sanggup menyalakan lampu kilat bila mata itu menerima sinar dari lampu kilat lain
- Wireless TTL : Sistem pengukuran TTL tanpa melalui kabel
- Multiple exposure : Fasilitas pemotretan berulang pada fram eyang sama
- Pupup Flash : Blitz kecil, terbuat menyatu dengan body
- Stop : Satuan pencahayaan, 1 stop sama dengan 1 EV
- Red Eye Reduction : fasilitas untuk mengurangi efek mata merah yang biasa terjadi pada pemotretan menggunakan blitz pada malam hari
- PC terminal : Terminal untuk blitz di luar hot shoe
- Hot shoe : Kaki blitz
- Mirror Lock up : Pengunci cermin, agar getaran dapat dikurangi pada saat rana bergerak
- Shiftable program : Pada mode program, exposure setting dapat diubah secara otomatis dalam EV yang sama, misalnya dari 1/125 menjadi 1/250 detik, f 5.6 dmenjadi f 11
- Second Curtain Sync : Fasilitas untuk menyalakan blitz sesaat sebelum rana menutup
- Shutter release : Pelepas rana
- Self Timer : Alat penangguh waktu pada kamera
- Vertical Grip : Alat pelepas rana utnuk pengambilan secra vertical tanpa harus memutar tangan
- Data Imprint : Fasilitas pencetakan data tanggal pada film
- Reloadable to last frame: fasilitas untuk mengembalikan film yang telah digulung di tengah ke posisi terakhir yang terpakai
- Fill In flash : Blitz pengisi, dalam kondisi tidak memerlukan blitz, blitz tetap dinyalakan untuk menerangi bagian-bagian yang gelap seperti bayangan
- Intervalometer : Fasilitas epmotretan otomatis dalam jarak waktu yang tertentu
- Multispot : Pengukuran pencahayaan dari beberapa titik
- Back : Sisi belakang kamera, berfungis pula sebagai penutup film
- Bayonet : Sistem dudukan lensa yang hanya memerlukan putaran kurang dari 90 derajat untuk pergantian lensa
- Bulk film : Film kapasitas 250 exposure
- Wide lens : lensa lebar, mempunya jarak titik bakar yang pendek, lebih pendek dari 50,,, biasanya:
· 16-22mm (lensa lebar super)
· 24-35mm (lensa lebar medium
· 6-15mm (lensa mata ikan) - Push : Meningkatkan kepekaan film dalam pemotretan, missal dari ISO 100-200/lebih
- Pull : kebalikan dari Push
- Main light : Cahaya pengisi/tambahan
- Foto wedding : Potraiture berpasangan (menciptakan rekaman gambar yang romantisme, baik dari posenya maupun dari suasananya
- Foto wedding terbagi 2 yaitu:
- Neo Classic Potraiture, ialah bentuk visual foto berpasangan yang beraura romantis
- Classic wedding, ialah bentuk foto berpasangan yang harus menjadi kenangan
- Blouwer : Kipas angin yang digunakan pada pemotretan model untuk menghasilkan efek angin
- Reverse ring : digunakan untuk memasang lensa yang di balik, untuk membuat lensa makro alternatif agar cahaya yang masuk tidak bocor
- Golden section : Potongan kencana; Hukum komposisi yang mengatakan bahwa keselarasan akan tercapai kalau suatu bidang adalah kesatuan dari 2 bidang yang saling berhubungan
- Komposisi : susunan garis, bidang, nada, kontras dan tekstur dalam suatu format tertentu
- Siluet : Teknik pencahayaan untuk menampilkan bentuk objek tanpa menunjukkan detilnya
- Framing : Pembingkaian objek untuk memberi kesan mendalam/ dimensi objek foto
- Panning : Teknik pengambilan gambar dengan kesan gerak (berubahnya latar belakang menjaid garis-garis sementara objek utama terekam jelas
- Sandwich : Teknik menggabungkan foto
- Cross process : Proses silang, biasanya di lakukan pada film positiv (E6) ke film negatif (C 41), sehingga menimbulkan warna- warna baru pada foto
- Esai foto : (Biar foto yang bicara), merangkai foto menjadi cerita bertem
- xposure time kalo ga salah sih lamanya waktu kita ngebuka bukaan ( Biasanya di mode Bulb )
- Sesuai dengan artinya, Interpolasi merupakan salah satu cara yang dipakai untuk memperbesar ukuran gambar dengan memultiplikasi pixel ukuran gambar yang diduplikasi menjadi lebih besar. Biasanya gambar interpolasi bila dilihat dengan teliti akan menurunkan ketajaman gambar karena bukan hasil asli keluaran dari sensor.
- HSM : Singkatan dari Hypersonic Motor. Artinya kurang lebih sama dengan USM, auto fokus cepat dan tidak bersuara. Kode ini akan Anda temukan di lensa merek Sigma.
- AF-S : Sama dengan kode diatas, kode ini akan Anda temukan di lensa merek Nikon.
- SAM : Sama dengan kode diatas, kode ini akan Anda temukan di lensa merek Sony.
- AF : Lensa Nikon yang tidak memiliki auto fokus built-in. Di kamera pemula Nikon seperti D60 dan D5000, tidak bisa mengunakan lensa ini untuk auto fokus, tapi harus dengan manual fokus.
- VR : Singkatan dari Vibration Reduction, fungsinya sama dengan Image Stabilization.
- OS : Singkatan dari Optical Stabilization, fungsinya sama dengan Image Stabilization. Kode ini akan Anda temukan di lensa Sigma.
- VC : Singkatan dari Vibration Compensation, fungsinya sama dengan Image Stabilization. Kode ini akan Anda temukan di lensa Tamron.
- DX, DT, DC : Kode lensa yang di optimalkan untuk kamera sensor krop. Kode ini akan Anda temukan di lensa Nikon, Sony atau Sigma.
- DG : Kode lensa yang di kompatibel untuk kamera sensor krop dan full frame. Kode ini akan Anda temukan di lensa Sigma.
- L -> kependekan dari "Luxury", biasa diplesetkan menjadi "Larang". Lensa-lensa L-series Canon adalah lensa yang berada di jajaran atas. Dibuat dengan optik-optik pilihan yang berkualitas, juga memiliki build quality yang baik dan kokoh. Lensa seri ini ditandai dengan adanya gelang merah di leher bagian depan lensa. L singkatan dari luxury alias lensa mewah yg kualitasnya tinggi.
- DO -> kependekan dari "Diffractive Optics". Lensa seri ini bila dibandingkan dengan lensa lain yang memiliki focal length dan aperture maksimal yang sama biasanya memiliki bentuk yang lebih kecil dan berat yang lebih ringan. Canon juga meng-claim lensa seri DO ini memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mengatasi chromatic aberration. Lensa ini ditandai dengan adanya gelang berwarna hijau di leher lensa bagian depan. Hingga saat ini Canon baru memproduksi 2 macam lensa dengan diffractive optics ini.
- EF -> mount lensa Canon sejak tahun 1987, mount sebelumnya bernama FD. Tambahan -S di belakang adalah kependekan dari Short Back Focus. Lensa dengan seri ini memiliki 'buritan' yang lebih nongol sehingga tidak bisa masuk ke body fullframe. Desainnya pun memang dirancang untuk body non-fullframe (APS-C) sehingga memiliki image circle yang lebih kecil daripada lensa seri EF biasa. Jika dipaksakan dipasang pada body fullframe (baik dibantu dengan extension tube atau cara lain), maka akan menghasilkan foto dengan vignetting yang cukup parah akibat jangkauan image circle tidak sampai mencakup keseluruhan frame.
- IS -> kependekan dari "Image Stabilizer". Teknologi peredam getar pada lensa yang memungkinkan lensa menstabilkan getaran tangan yang bisa menyebabkan foto shaking. Kemampuan IS biasanya diukur dengan stop rating, di mana semakin tinggi angka ratingnya, semakin baik kemampuan IS lensa tersebut dalam menstabilkan getaran.
- USM -> kependekan dari "Ultra-sonic Motor", bisa diplesetkan menjadi "Untuk Semua Momen". Lensa AF dengan motor ini biasanya memiliki kemampuan autofocus yang lebih cepat dan senyap sehingga dapat menangkap momen dengan lebih baik dan akurat.
- EF-S : jenis vatting / pangkon / bajonet / mounting
Tips foto rooftop & night photography
Salah satu jenis fotografi yang populer adalah foto rooftop. Beberapa
tips ini mungkin akan membantu bagi yang baru ingin mengikuti aktifitas
fotografi rooftop atau night photography.
Di atas atap gedung yang tinggi, angin biasanya bertiup jauh lebih kencang, maka itu tripod yang kokoh dibutuhkan. Menurut pengamatan saya, pemula banyak yang tidak mengenal tripodnya dengan baik, sehingga di lapangan agak kesulitan memasangkan kamera ke tripod dan membuat tripod stabil. Jangan remehkan latihan bongkar pasang tripod dan pemasangan kamera. Pada umumnya, semakin berat tripod, semakin kokoh, tapi jika ingin yang ringan, pilihlah tripod berbahan carbon fiber. Beberapa jajaran tripod yang saya rekomendasikan untuk berbagai kebutuhan bisa dilihat di ranafotovideo.com
Tinggi tripod juga penting, karena di atas gedung atau helipad, biasanya ada jaring pengaman atau tembok, jika tripodnya pendek, maka sudut pandang akan terhalang. Saran saya minimal pilih tripod yang bisa ditinggikan sampai selevel mata Anda.
- See more at: http://www.infofotografi.com/blog/2014/05/tips-foto-rooftop-night-photography/#sthash.zj61nNAu.dpuf1. Lensa apa yang dibutuhkan untuk rooftop?
Lensa lebar, menengah dan telefoto semuanya dibutuhkan. Setiap lensa akan menghasilkan sudut pandang yang berbeda. Lensa lebar bisa digunakan untuk menangkap daerah yang luas, termasuk langit. Jika langit cerah, terang dan menarik, misalnya saat bulan purnama, lensa lebar akan mampu menangkapnya. Lensa telefoto (100mm atau lebih) bisa digunakan untuk memotret detail bangunan atau objek yang jauh.2. Tripod untuk night photography
Tripod wajib hukumnya untuk fotografi rooftop/malam, karena kondisi cahaya gelap, maka kalau kamera digenggam saja dengan tangan, akibatnya ISO harus tinggi (3200+), bukaan harus relatif besar supaya foto tidak gelap dan tidak blur karena kamera goyang/getar. Intinya, tanpa tripod kualitas gambar akan jauh lebih buruk, apapun kamera dan lensa yang digunakan.Di atas atap gedung yang tinggi, angin biasanya bertiup jauh lebih kencang, maka itu tripod yang kokoh dibutuhkan. Menurut pengamatan saya, pemula banyak yang tidak mengenal tripodnya dengan baik, sehingga di lapangan agak kesulitan memasangkan kamera ke tripod dan membuat tripod stabil. Jangan remehkan latihan bongkar pasang tripod dan pemasangan kamera. Pada umumnya, semakin berat tripod, semakin kokoh, tapi jika ingin yang ringan, pilihlah tripod berbahan carbon fiber. Beberapa jajaran tripod yang saya rekomendasikan untuk berbagai kebutuhan bisa dilihat di ranafotovideo.com
Tinggi tripod juga penting, karena di atas gedung atau helipad, biasanya ada jaring pengaman atau tembok, jika tripodnya pendek, maka sudut pandang akan terhalang. Saran saya minimal pilih tripod yang bisa ditinggikan sampai selevel mata Anda.
3. Setting kamera untuk rooftop
Biasanya, saat kamera telah aman terpasang di tripod, saya akan mengunakan mode M/manual dan menggunakan ISO rendah, seperti ISO 100, bukaan yang relatif kecil seperti f/8 supaya seluruh pemandangan tajam. Sesuaikan shutter speed sampai terang-gelap foto yang diinginkan tercapai. Biasanya shutter speed sekitar 15-20 detik di malam hari. Saat langit masih terang misalnya saat matahari terbenam, shutter speed lebih cepat, kurang lebih 2-4 detik. Intinya jangan ragu mencoba berbagai shutter speed.Tips foto rooftop & night photography
Salah satu jenis fotografi yang populer adalah foto rooftop. Beberapa
tips ini mungkin akan membantu bagi yang baru ingin mengikuti aktifitas
fotografi rooftop atau night photography.
Di atas atap gedung yang tinggi, angin biasanya bertiup jauh lebih kencang, maka itu tripod yang kokoh dibutuhkan. Menurut pengamatan saya, pemula banyak yang tidak mengenal tripodnya dengan baik, sehingga di lapangan agak kesulitan memasangkan kamera ke tripod dan membuat tripod stabil. Jangan remehkan latihan bongkar pasang tripod dan pemasangan kamera. Pada umumnya, semakin berat tripod, semakin kokoh, tapi jika ingin yang ringan, pilihlah tripod berbahan carbon fiber. Beberapa jajaran tripod yang saya rekomendasikan untuk berbagai kebutuhan bisa dilihat di ranafotovideo.com
Tinggi tripod juga penting, karena di atas gedung atau helipad, biasanya ada jaring pengaman atau tembok, jika tripodnya pendek, maka sudut pandang akan terhalang. Saran saya minimal pilih tripod yang bisa ditinggikan sampai selevel mata Anda.
- See more at: http://www.infofotografi.com/blog/2014/05/tips-foto-rooftop-night-photography/#sthash.zj61nNAu.dpuf1. Lensa apa yang dibutuhkan untuk rooftop?
Lensa lebar, menengah dan telefoto semuanya dibutuhkan. Setiap lensa akan menghasilkan sudut pandang yang berbeda. Lensa lebar bisa digunakan untuk menangkap daerah yang luas, termasuk langit. Jika langit cerah, terang dan menarik, misalnya saat bulan purnama, lensa lebar akan mampu menangkapnya. Lensa telefoto (100mm atau lebih) bisa digunakan untuk memotret detail bangunan atau objek yang jauh.2. Tripod untuk night photography
Tripod wajib hukumnya untuk fotografi rooftop/malam, karena kondisi cahaya gelap, maka kalau kamera digenggam saja dengan tangan, akibatnya ISO harus tinggi (3200+), bukaan harus relatif besar supaya foto tidak gelap dan tidak blur karena kamera goyang/getar. Intinya, tanpa tripod kualitas gambar akan jauh lebih buruk, apapun kamera dan lensa yang digunakan.Di atas atap gedung yang tinggi, angin biasanya bertiup jauh lebih kencang, maka itu tripod yang kokoh dibutuhkan. Menurut pengamatan saya, pemula banyak yang tidak mengenal tripodnya dengan baik, sehingga di lapangan agak kesulitan memasangkan kamera ke tripod dan membuat tripod stabil. Jangan remehkan latihan bongkar pasang tripod dan pemasangan kamera. Pada umumnya, semakin berat tripod, semakin kokoh, tapi jika ingin yang ringan, pilihlah tripod berbahan carbon fiber. Beberapa jajaran tripod yang saya rekomendasikan untuk berbagai kebutuhan bisa dilihat di ranafotovideo.com
Tinggi tripod juga penting, karena di atas gedung atau helipad, biasanya ada jaring pengaman atau tembok, jika tripodnya pendek, maka sudut pandang akan terhalang. Saran saya minimal pilih tripod yang bisa ditinggikan sampai selevel mata Anda.
3. Setting kamera untuk rooftop
Biasanya, saat kamera telah aman terpasang di tripod, saya akan mengunakan mode M/manual dan menggunakan ISO rendah, seperti ISO 100, bukaan yang relatif kecil seperti f/8 supaya seluruh pemandangan tajam. Sesuaikan shutter speed sampai terang-gelap foto yang diinginkan tercapai. Biasanya shutter speed sekitar 15-20 detik di malam hari. Saat langit masih terang misalnya saat matahari terbenam, shutter speed lebih cepat, kurang lebih 2-4 detik. Intinya jangan ragu mencoba berbagai shutter speed.Tips foto rooftop & night photography
Salah satu jenis fotografi yang populer adalah foto rooftop. Beberapa
tips ini mungkin akan membantu bagi yang baru ingin mengikuti aktifitas
fotografi rooftop atau night photography.
Di atas atap gedung yang tinggi, angin biasanya bertiup jauh lebih kencang, maka itu tripod yang kokoh dibutuhkan. Menurut pengamatan saya, pemula banyak yang tidak mengenal tripodnya dengan baik, sehingga di lapangan agak kesulitan memasangkan kamera ke tripod dan membuat tripod stabil. Jangan remehkan latihan bongkar pasang tripod dan pemasangan kamera. Pada umumnya, semakin berat tripod, semakin kokoh, tapi jika ingin yang ringan, pilihlah tripod berbahan carbon fiber. Beberapa jajaran tripod yang saya rekomendasikan untuk berbagai kebutuhan bisa dilihat di ranafotovideo.com
Tinggi tripod juga penting, karena di atas gedung atau helipad, biasanya ada jaring pengaman atau tembok, jika tripodnya pendek, maka sudut pandang akan terhalang. Saran saya minimal pilih tripod yang bisa ditinggikan sampai selevel mata Anda.
- See more at: http://www.infofotografi.com/blog/2014/05/tips-foto-rooftop-night-photography/#sthash.zj61nNAu.dpuf1. Lensa apa yang dibutuhkan untuk rooftop?
Lensa lebar, menengah dan telefoto semuanya dibutuhkan. Setiap lensa akan menghasilkan sudut pandang yang berbeda. Lensa lebar bisa digunakan untuk menangkap daerah yang luas, termasuk langit. Jika langit cerah, terang dan menarik, misalnya saat bulan purnama, lensa lebar akan mampu menangkapnya. Lensa telefoto (100mm atau lebih) bisa digunakan untuk memotret detail bangunan atau objek yang jauh.2. Tripod untuk night photography
Tripod wajib hukumnya untuk fotografi rooftop/malam, karena kondisi cahaya gelap, maka kalau kamera digenggam saja dengan tangan, akibatnya ISO harus tinggi (3200+), bukaan harus relatif besar supaya foto tidak gelap dan tidak blur karena kamera goyang/getar. Intinya, tanpa tripod kualitas gambar akan jauh lebih buruk, apapun kamera dan lensa yang digunakan.Di atas atap gedung yang tinggi, angin biasanya bertiup jauh lebih kencang, maka itu tripod yang kokoh dibutuhkan. Menurut pengamatan saya, pemula banyak yang tidak mengenal tripodnya dengan baik, sehingga di lapangan agak kesulitan memasangkan kamera ke tripod dan membuat tripod stabil. Jangan remehkan latihan bongkar pasang tripod dan pemasangan kamera. Pada umumnya, semakin berat tripod, semakin kokoh, tapi jika ingin yang ringan, pilihlah tripod berbahan carbon fiber. Beberapa jajaran tripod yang saya rekomendasikan untuk berbagai kebutuhan bisa dilihat di ranafotovideo.com
Tinggi tripod juga penting, karena di atas gedung atau helipad, biasanya ada jaring pengaman atau tembok, jika tripodnya pendek, maka sudut pandang akan terhalang. Saran saya minimal pilih tripod yang bisa ditinggikan sampai selevel mata Anda.
3. Setting kamera untuk rooftop
Biasanya, saat kamera telah aman terpasang di tripod, saya akan mengunakan mode M/manual dan menggunakan ISO rendah, seperti ISO 100, bukaan yang relatif kecil seperti f/8 supaya seluruh pemandangan tajam. Sesuaikan shutter speed sampai terang-gelap foto yang diinginkan tercapai. Biasanya shutter speed sekitar 15-20 detik di malam hari. Saat langit masih terang misalnya saat matahari terbenam, shutter speed lebih cepat, kurang lebih 2-4 detik. Intinya jangan ragu mencoba berbagai shutter speed.Tips foto rooftop & night photography
Salah satu jenis fotografi yang populer adalah foto rooftop. Beberapa
tips ini mungkin akan membantu bagi yang baru ingin mengikuti aktifitas
fotografi rooftop atau night photography.
Di atas atap gedung yang tinggi, angin biasanya bertiup jauh lebih kencang, maka itu tripod yang kokoh dibutuhkan. Menurut pengamatan saya, pemula banyak yang tidak mengenal tripodnya dengan baik, sehingga di lapangan agak kesulitan memasangkan kamera ke tripod dan membuat tripod stabil. Jangan remehkan latihan bongkar pasang tripod dan pemasangan kamera. Pada umumnya, semakin berat tripod, semakin kokoh, tapi jika ingin yang ringan, pilihlah tripod berbahan carbon fiber. Beberapa jajaran tripod yang saya rekomendasikan untuk berbagai kebutuhan bisa dilihat di ranafotovideo.com
Tinggi tripod juga penting, karena di atas gedung atau helipad, biasanya ada jaring pengaman atau tembok, jika tripodnya pendek, maka sudut pandang akan terhalang. Saran saya minimal pilih tripod yang bisa ditinggikan sampai selevel mata Anda.
- See more at: http://www.infofotografi.com/blog/2014/05/tips-foto-rooftop-night-photography/#sthash.zj61nNAu.dpuf1. Lensa apa yang dibutuhkan untuk rooftop?
Lensa lebar, menengah dan telefoto semuanya dibutuhkan. Setiap lensa akan menghasilkan sudut pandang yang berbeda. Lensa lebar bisa digunakan untuk menangkap daerah yang luas, termasuk langit. Jika langit cerah, terang dan menarik, misalnya saat bulan purnama, lensa lebar akan mampu menangkapnya. Lensa telefoto (100mm atau lebih) bisa digunakan untuk memotret detail bangunan atau objek yang jauh.2. Tripod untuk night photography
Tripod wajib hukumnya untuk fotografi rooftop/malam, karena kondisi cahaya gelap, maka kalau kamera digenggam saja dengan tangan, akibatnya ISO harus tinggi (3200+), bukaan harus relatif besar supaya foto tidak gelap dan tidak blur karena kamera goyang/getar. Intinya, tanpa tripod kualitas gambar akan jauh lebih buruk, apapun kamera dan lensa yang digunakan.Di atas atap gedung yang tinggi, angin biasanya bertiup jauh lebih kencang, maka itu tripod yang kokoh dibutuhkan. Menurut pengamatan saya, pemula banyak yang tidak mengenal tripodnya dengan baik, sehingga di lapangan agak kesulitan memasangkan kamera ke tripod dan membuat tripod stabil. Jangan remehkan latihan bongkar pasang tripod dan pemasangan kamera. Pada umumnya, semakin berat tripod, semakin kokoh, tapi jika ingin yang ringan, pilihlah tripod berbahan carbon fiber. Beberapa jajaran tripod yang saya rekomendasikan untuk berbagai kebutuhan bisa dilihat di ranafotovideo.com
Tinggi tripod juga penting, karena di atas gedung atau helipad, biasanya ada jaring pengaman atau tembok, jika tripodnya pendek, maka sudut pandang akan terhalang. Saran saya minimal pilih tripod yang bisa ditinggikan sampai selevel mata Anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar