Tulisan ini saya dedikasikan untuk mereka para pemberani, orang-orang
hebat yg berhasil menerjang batas kemampuan dirinya, melawan pesimisme
yg tersugesti, mengalahkan egosentris dalam diri untuk tetap berbagi
sesama petualang sejati.
Takkan habis memang bila kami ceritakan
tentang momen yg kami alami 3 hari kemarin, selama pelaksanaan Bumi +
Trash Bag = Bersih (BTB) pendakian bersama + opsih gn.gede pangrango
18-20 April 2014 yang dilaksanakan Bukos Adventure. Mulai dari persiapan
di sekret Bukos, yg berlokasi di komplek Selakopi Kota Bogor, sampai
persiapan peserta pendakian. Antusiasme peserta pun tak terbendung, dari
quota awal hanya 20 orang dengan target pelajar sekolah, lalu membludak
hingga 70 orang yang berasal dari berbagai kota dan latar belakang
profesi yang berbeda.
Pukul 10 pagi perjalanan pun dimulai, berkumpul
di Mcd Pajajaran peserta diantar menggunakan truk ke Cipanas, sungguh
perjalanan yg menyenangkan, hembusan angin, dan panorama kawasan puncak
dapat dinikmati selama perjalanan. Sampai di pos jalur Putri Cipanas
pukul 14.30, peserta dan panitia mengecek perlengkapan dan bersiap untuk
pendakian, kami tak lupa untuk berdoa terlebih dahulu agar diberi
kelancaran, kemudahan dan kesehatan saat mendaki. Mulai mendaki pukul
15.30 kami disuguhi kembali panorama alam yang indah, perkebunan sayur
milik warga sekitar, dan hutan hujan tropis khas pegunungan Indonesia.
Tak lupa selama perjalanan kami memungut sampah yang ada di sepanjang
jalan.Trek awal memang masih terbilang biasa saja, namun setelah sampai
di pos satu langit sudah mulai gelap, alat penerangan seperti headlamp
pun mulai dikeluarkan. Melanjutkan perjalanan, kelompok antar peserta
BTB mulai berjauhan jaraknya, karena faktor kelelahan yg dialami peserta
dan udara yg mulai dingin, tapi hal tersebut tak menghalangi semangat
kami.
Perjalanan terus dilanjutkan, 30 menit berlalu kami mulai
memasuki pos dua, memutuskan beristirahat dan melaksanakan shalat
magrib, lalu melanjutkan perjalanan kembali. Trek mulai sulit, jalan
menanjak dan berlumpur mempersulit kami dan rekan-rekan yang lain
khususnya yg tidak menggunakan sepatu khusus treking, trek yang trus
menanjak menguras energi, peserta perempuan pun didera kelelahan apalagi
banyak dari mereka yang pertama melakukan kegiatan pendakian, kami
terus melanjutkan pendakian dengan sesekali beristirahat untuk minum dan
mengatur nafas. Memasuki pos tiga, udara sudah mulai terasa sangat
dingin, dan langit mulai turun hujan, kondisi ini memaksa kami terus
untuk melanjutkan perjalanan, karena jika berdiam diri akan membuat suhu
tubuh menurun dan kelelahan semakin akan terasa, nah jika sudah seperti
ini rasa kantuk akan menguat karena oksigen yg dihirup dan disalurkan
ke otak mulai berkurang, jika hal ini terjadi terus menerus tubuh akan
merasakan hypotermia, apalagi jika sampai tertidur ancamannya adalah
kematian akibat hypotermia. Trek pos tiga menuju pos empat semakin
terjal dan berat, jalan tanah bercampur semen yang telah rusak dan
menjadi lumpur sangat mempersulit dan membahayakan pendaki, banyak
lubang besar dan dalam yang tak terlihat di sisi trek harus diwaspadai
para pendaki jalur putri. Pos tiga menuju pos empat terbilang sangat
jauh, karena renovasi jalur putri selama beberapa bulan kemarin membuat
jalur lama hilang dan digantikan jalur baru yang lebih sulit dan
panjang. Selama perjalanan menuju alun-alun Surya Kencana, rekan kami
Acil mengalami cedera di lututnya, hal ini menghambat perjalanan karena
jika terus dipaksakan akan fatal akibatnya. Tapi kami tak gentar,
walaupun lutut sudah mulai gemetar.
Setibanya kami di pos empat,
banyak pendaki lain yang beristirahat dan pedagang kopi yang berjualan
di area pos, saat kami bertanya kepada pedagang berapa lama lagi
mencapai Surken? Ternyata masih harus di tempuh kurang lebih 3 jam,
sungguh sangat menurunkan gairah kami, rasa lelah, kondisi fisik yang
mulai menurun, udara dingin pegunungan, dan trek yang menanjak tiada
akhir membuat kami ingin meyudahi perjalanan, tapi jika hal itu terjadi
sama saja kami orang yang mengagalkan misi mulia pendakian ini.
Melanjutkan perjalanan dengan perlahan kami menemui beberapa kejadian
dimulai dari pendaki lain yang rekannya terkena hypotermia, sampai suami
istri yang terkapar lemah karena dehidrasi, sungguh perjalanan yang
sarat akan pengalaman, bagaimana kita peduli dan bermanfaat bagi sesama
ciptaan Nya.
Sangat di luar ekspetasi, perjalanan yg diperkirakan akan di tempuh selama 4 jam, malah memakan waktu hampir 12 jam.
Kami
berpikir, jika kami adalah kelompok terakhir yang masih dalam
perjalanan, ternyata kami bertemu Hegar dan rekan-rekan yang lainnya,
terlihat kelelahan dan mengantuk, akhirnya kami memutuskan untuk terus
melanjutkan pendakian karena jika semakin lama berdiam diri akan semakin
dingin dan membuang waktu, jam sudah menunjukkan pukul 01.30 dini hari,
namun kami masih belum juga tiba di alun-alun Suryakencana, setelah
bertemu satu pendaki yang turun, akhirnya kami tak lama tiba di
Suryakencana, dengan rasa lelah, frustasi, dan kesal akan perjalanan
yang tiada ujungnya. Sambil melempar carier yang membebani di punggung,
kami menghampiri camp rekan-rekan yang lain. Sungguh pendakian yang
begitu melelahkan, disaat kita ragu akan kemampuan diri kita dan hilang
arah, tapi disaat itu pula kita berani menerjang batas itu, bahwa kita
mampu melakukan hal-hal yang melampaui keterbatasan dalam diri ini.
Salam lestari! Salam rimba!
Untuk
mereka para pemberani sang petualang sejati, dan mereka yang mendaki
bersama keberanian dalam menerjang keterbatasan, tuhan bersama kalian
para pemberani. #BTB
Gn.Gede Pangrango 18-20 April 2014
*) Semoga menjadi momen yang akan selalu tersimpan dalam memori kita, sampai jumpa di petualangan berikutnya. Aku Indonesia !!!
Save Our Earth :)
Ditulis oleh : Hari Angga S / @hariangga_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar